Sunday, May 1, 2016

PSIKOLOGI ISLAM "PERSEPSI DAN PERSPEKTIF"

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/D-PAI
SEPTEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Kehidupan sebagai manusia yang merupakan , baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, yang dimana stimulus tersebut akan diteruskan dan diproses dalam otak kita dalam proses pembentukan persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan mengucapkan kata “persepsi”. Tetapi apakah kita mengetahui apa makna sesungguhnya persepsi itu? Ada yang mengatakan bahwa persepsi adalah pendapat, pikiran, pemahaman, dan penafsiran. Namun untuk lebih jelasnya mengenai apa itu persepsi, pada kesempatan ini kami akan membahas  mengenai “Persepsi dalam Perspektif Psikologi Islam”.

B.       RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian persepsi?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
3. Bagaimana pandangan persepsi dan perspektif dalam islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN PERSEPSI
Kehidupan individu tidak dapat terlepas dari lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupuun sosial. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.  Sejak itu manusia secara langsung dapat menerima stimulus dari luar dirinya dan itu berkat adanya persepsi.
1.     Pengertian persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Proses penginderaan merupakan pendahuluan dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus dari alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat pembau, lidah sebagai alat pencecap, kulit sebagai alat peraba, yang kesemuanya digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu dengan dunia luar. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu mengerti dan menyadari tentang apa yang diindera itu, proses inilah yang disebut dengan persepsi.[1]
Dalam persepsi, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidaklah sama. Maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan lainnya.
Ciri-ciri persepsi adalah:
·       Proses pengorganisasian berbagai pengalaman
·       Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
·       Proses pemilihan informasi
·       Proses teorisasi dan rasionalisasi
·       Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
·       Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
·       Melakukan penyimpulan dtau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang membentuk wujud persepsi individu[2]

2.     Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi bersifat lebih psikologis daripada proses pengindraan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a.       Perhatian yang Selektif
Individu menerima banyak sekali stimulus dari lingkungannya. Tetapi individu tidak harus menanggapi semua stimulus yang diterimanya. Untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada stimulus tertentu saja.
b.     Ciri-ciri Rangsang
Stimulus yang bergerak akan lebih menarik perhatian dari stimulus yang diam. Demikian juga stimulus yang paling besar di antara stimulus yang kecil; yang kontras  dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya yang paling kuat.
c.      Nilai dan Kebutuhan Individu
Setiap orang mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam mengamati sesuatu. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat uang koin lebih besar daripada anak-anak dari golongan ekonomi tinggi.
d.     Pengalaman Dahulu
Pengalaman masa lalu sangat memengaruhi seseorang dalam mempersepsi dunianya. Komputer sudah menjadi barang yang biasa bagi kita tetapi belum tentu bagi orang yang berada di pulau yang sangat terpencil atau orang yang berada di pedalaman.[3]


3.     Persepsi dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, persepsi penting bagi manusia untuk dapat membaca ayat-ayat kauniyah. Dengan kata lain, persepsi membantu manusia untuk dapat menginterpretasikan tanda-tanda kebessaran Allah swt yang terdapat dalam alam semesta melalui stimulus-stimulus yang diterima oleh panca indera. Mengingat persepsi setiap orang berbeda-beda tergantung dari pengalaman dan kondisi seseorang, dalam mempersepsikan ayat-ayat kauniyah tidak boleh bertentangan dengan ayat kauliyah atau Al-Qur’an.
Dalam  bahasa  Al-Qur’an,  beberapa  proses  dan  fungsi  persepsi  dimulai  dari  proses penciptaan.  Dalam  QS.  Al-Mukminun  ayat  12-24,  disebutkan  proses  penciptaan  manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan bersamaan. [4]
Proses  persepsi  didahului  dengan  proses  penerimaan  stimulus  pada  reseptor,  yaitu  indera. Fungsi  indera  manusia  sendiri  tidak  langsung  berfungsi  setelah  ia  lahir,  akan  tetapi  ia  akan berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Sehingga ia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh eksternal  yang  baru dan mengandung perasaan-perasaan  yang akhirnya membentuk persepsi dan pengetahuannya terhadap alam luar. [5]

Al-quran sendiri menerangkan proses persepsi telah berlangsung semenjak manusia masih berada dalam kandungan, sebagaimana Allah swt berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl; 78)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada mulanya tidak memiliki pengetahuan atas suatu apapun. Kemudian, Allah memberikan pendengaran dan penglihatan serta indera-indera lainnya  sebagai reseptor atau alat untuk menerima stimulus. Stimulus ini akan diteruskan ke otak sehingga manusia dapat berfikir dan memberikan responnya melalui tindaka nyata.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadara sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, atau diraba. Proses yang terjadi dalam otak inilah yang disebut sebagai proses psikologis.[6]
Sebagai pusat kesadaran, otak atau dalam Islam sering diidentikkan dengan tempat akal harus dapat mengontrol kinerja panca indera yang menyusun tubuhnya. Maka, dalam mempersepsikan sesuatu pun akal harus memiliki kaidah sesuai dengan aturan yang ada di lingkungannya. Karna persepsi sendiri tidak dapat terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar serta kapasitas otak dalam menginterpretasikan stimulus yang ada. Fungsi dari kaidah Islam disini adalah sebagai control persepsi kita agar tidak melenceng dengan konsep Islam. Allah Swt. Berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Isro’ : 36)

Dalam ayat ini Allah swt telah mengingatkan kepada kita agar mendasari persepsi kita dengan ilmu pengetahuan, karena kenikmatan berupa panca indera adalah sesuatu yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak, maka kita harus mempersepsikan sesuatu menggunakan dasar yang jelas setelah kita memiliki pengetahuan yang mumpuni sebelumnya.


  
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, yaitu proses mendeteksi sejumlah rangsang sebagai bahan informasi, tetappi diteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsangan. Kemudian diinterpretasikan sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individual.
Sebagaimana yang telah tertera dalam Al-Qur’an bahwa persepsi merupakan auatu jyang mempunyai peran penting untuk manusia dimana katika manusia dilahirkan tanpa mempnyai suatu hal apapun dan dengan dibekali akal dia dapat mengetahui banyak hal dengan persepsi tergantung dari pengalaman dan kondisi seseorang, dalam mempersepsikan ayat-ayat kauniyah tidak boleh bertentangan dengan ayat kauliyah atau Al-Qur’an.
. Dengan pentingnya keberadaan persepsi, semua individu hendaknya tidak boleh salah persepsi. Sebab, kesalahan persepsi dapat diakibatkan oleh banyak faktor yang juga akan berpengaruh terhadap kepribadian diri.
Pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah direalisasikan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Najati, Muhammad Utsman. 2004. Psikologi dalam Perpektif Hadits, terj. Zaenuddin Abu Bakar, dkk. Jakarta: Pustaka.




[1] Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta. Hlm. 69-70
[2] Rosleny Marliany, Op. Cit., hlm. 192
[3] http://lifes-arts.blogspot.co.id/2015/04/persepsi-dalam-perspektif-psikologi.html
[4] Abdul Rahman Saleh, Op. Cit., hlm. 137

[5] Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perpektif Hadits, alih bahasa oleh Zaenuddin Abu Bakar dkk, (Jakarta: Pustaka, 2004), hlm. 135
[6] Bimo Walgito, op.cit, hlm.71

No comments:

Post a Comment