SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/D-PAI
SEPTEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan sebagai manusia yang merupakan , baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula
individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu
pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, yang dimana
stimulus tersebut akan diteruskan dan diproses dalam otak kita dalam proses
pembentukan persepsi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar dan
mengucapkan kata “persepsi”. Tetapi apakah kita mengetahui apa makna
sesungguhnya persepsi itu? Ada yang mengatakan bahwa persepsi adalah pendapat,
pikiran, pemahaman, dan penafsiran. Namun untuk lebih jelasnya mengenai apa itu
persepsi, pada kesempatan ini kami akan membahas mengenai “Persepsi
dalam Perspektif Psikologi Islam”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian persepsi?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
3. Bagaimana pandangan persepsi dan perspektif dalam islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERSEPSI
Kehidupan
individu tidak dapat terlepas dari lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupuun
sosial. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya. Sejak itu manusia
secara langsung dapat menerima stimulus dari luar dirinya dan itu berkat adanya
persepsi.
1. Pengertian
persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat indera. Proses penginderaan merupakan pendahuluan
dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada
waktu individu menerima stimulus dari alat indera, yaitu melalui mata sebagai
alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat pembau,
lidah sebagai alat pencecap, kulit sebagai alat peraba, yang kesemuanya
digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu dengan dunia luar.
Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu mengerti dan menyadari tentang apa yang
diindera itu, proses inilah yang disebut dengan persepsi.[1]
Dalam persepsi, perasaan, kemampuan
berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidaklah sama. Maka dalam mempersepsi
suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan
lainnya.
Ciri-ciri persepsi adalah:
·
Proses pengorganisasian berbagai
pengalaman
·
Proses menghubung-hubungkan
antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
·
Proses pemilihan informasi
·
Proses teorisasi dan
rasionalisasi
·
Proses penafsiran atau
pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
·
Proses interaksi dan
komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
·
Melakukan penyimpulan dtau
keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang membentuk wujud persepsi
individu[2]
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi
Persepsi bersifat lebih psikologis
daripada proses pengindraan saja, maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, yaitu:
a. Perhatian
yang Selektif
Individu
menerima banyak sekali stimulus dari lingkungannya. Tetapi individu tidak harus
menanggapi semua stimulus yang diterimanya. Untuk itu individu memusatkan
perhatiannya pada stimulus tertentu saja.
b. Ciri-ciri
Rangsang
Stimulus
yang bergerak akan lebih menarik perhatian dari stimulus yang diam. Demikian
juga stimulus yang paling besar di antara stimulus yang kecil; yang
kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya yang paling
kuat.
c. Nilai
dan Kebutuhan Individu
Setiap
orang mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam mengamati sesuatu. Dalam
suatu penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah
melihat uang koin lebih besar daripada anak-anak dari golongan ekonomi tinggi.
d. Pengalaman
Dahulu
Pengalaman
masa lalu sangat memengaruhi seseorang dalam mempersepsi dunianya. Komputer
sudah menjadi barang yang biasa bagi kita tetapi belum tentu bagi orang yang
berada di pulau yang sangat terpencil atau orang yang berada di pedalaman.[3]
3. Persepsi
dalam Perspektif Islam
Dalam
perspektif Islam, persepsi penting bagi manusia untuk dapat membaca ayat-ayat
kauniyah. Dengan kata lain, persepsi membantu manusia untuk dapat
menginterpretasikan tanda-tanda kebessaran Allah swt yang terdapat dalam alam
semesta melalui stimulus-stimulus yang diterima oleh panca indera. Mengingat
persepsi setiap orang berbeda-beda tergantung dari pengalaman dan kondisi
seseorang, dalam mempersepsikan ayat-ayat kauniyah tidak boleh bertentangan
dengan ayat kauliyah atau Al-Qur’an.
Dalam bahasa Al-Qur’an, beberapa
proses dan fungsi persepsi dimulai dari
proses penciptaan. Dalam QS. Al-Mukminun ayat
12-24, disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi
dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini
tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini
merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan
bersamaan. [4]
Proses persepsi didahului dengan
proses penerimaan stimulus pada reseptor,
yaitu indera. Fungsi indera manusia sendiri
tidak langsung berfungsi setelah ia lahir,
akan tetapi ia akan berfungsi sejalan dengan perkembangan
fisiknya. Sehingga ia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari
pengaruh-pengaruh eksternal yang baru dan mengandung
perasaan-perasaan yang akhirnya membentuk persepsi dan pengetahuannya
terhadap alam luar. [5]
Al-quran
sendiri menerangkan proses persepsi telah berlangsung semenjak manusia masih
berada dalam kandungan, sebagaimana Allah swt berfirman:
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur. (Q.S. An-Nahl; 78)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa pada mulanya tidak memiliki pengetahuan atas suatu
apapun. Kemudian, Allah memberikan pendengaran dan penglihatan serta
indera-indera lainnya sebagai reseptor
atau alat untuk menerima stimulus. Stimulus ini akan diteruskan ke otak
sehingga manusia dapat berfikir dan memberikan responnya melalui tindaka nyata.
Proses stimulus mengenai alat
indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh
alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini disebut proses
fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadara sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, didengar, atau diraba. Proses yang terjadi
dalam otak inilah yang disebut sebagai proses psikologis.[6]
Sebagai pusat kesadaran, otak atau
dalam Islam sering diidentikkan dengan tempat akal harus dapat mengontrol kinerja panca indera yang
menyusun tubuhnya. Maka, dalam mempersepsikan sesuatu pun akal harus memiliki kaidah
sesuai dengan aturan yang ada di lingkungannya. Karna persepsi sendiri tidak
dapat terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar serta kapasitas otak dalam
menginterpretasikan stimulus yang ada. Fungsi dari kaidah Islam disini adalah
sebagai control persepsi kita agar tidak melenceng dengan konsep Islam. Allah
Swt. Berfirman:
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Artinya: “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Isro’ : 36)
Dalam ayat ini Allah swt telah
mengingatkan kepada kita agar mendasari persepsi kita dengan ilmu pengetahuan,
karena kenikmatan berupa panca indera adalah sesuatu yang akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak, maka kita harus mempersepsikan sesuatu menggunakan
dasar yang jelas setelah kita memiliki pengetahuan yang mumpuni sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses
sensasi, yaitu proses mendeteksi sejumlah rangsang sebagai bahan informasi,
tetappi diteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan,
mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsangan. Kemudian diinterpretasikan
sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individual.
Sebagaimana yang telah tertera dalam Al-Qur’an bahwa persepsi
merupakan auatu jyang mempunyai peran penting untuk manusia dimana katika
manusia dilahirkan tanpa mempnyai suatu hal apapun dan dengan dibekali akal dia
dapat mengetahui banyak hal dengan persepsi tergantung
dari pengalaman dan kondisi seseorang, dalam mempersepsikan ayat-ayat kauniyah
tidak boleh bertentangan dengan ayat kauliyah atau Al-Qur’an.
. Dengan pentingnya keberadaan persepsi, semua individu
hendaknya tidak boleh salah persepsi. Sebab, kesalahan persepsi dapat
diakibatkan oleh banyak faktor yang juga akan berpengaruh terhadap kepribadian
diri.
Pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya
stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang
muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari
pengalaman yang telah direalisasikan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo walgito, Pengantar
Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta.
Marliany, Rosleny. 2010. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia
Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi: Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.
Najati, Muhammad Utsman. 2004. Psikologi dalam
Perpektif Hadits, terj. Zaenuddin Abu Bakar, dkk. Jakarta: Pustaka.
[1] Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta.
Hlm. 69-70
[3]
http://lifes-arts.blogspot.co.id/2015/04/persepsi-dalam-perspektif-psikologi.html
[5] Muhammad Utsman Najati, Psikologi
dalam Perpektif Hadits, alih bahasa oleh Zaenuddin Abu Bakar dkk,
(Jakarta: Pustaka, 2004), hlm. 135
[6] Bimo Walgito, op.cit, hlm.71
No comments:
Post a Comment